Kota Pontianak Lingkungan Hidup Ruang Video Ruang Foto Ruang Cerita

Monday, September 15, 2008

Syaikh Kepala Ikan

Dulu di Maroko ada seorang lelaki yang hidup zuhud. Dia sangat giat beramal dan hidup dari memancing ikan di laut setiap hari. Daging ikan dari hasil pancingannya ia bagikan, sementara ia hanya makan kepalanya saja.

Suatu hari salah seorang muridnya hendak pergi ke suatu kota di Maroko. Ia berkata kepada muridnya, "Jika kau berkunjung ke kota A, singgahlah ke rumah guruku, fulan. Sampaikan salamku dan mintakan do'a untukku. Dia seorang waliyullah."

Teman syaikh tadi lantas menceritakan kisah perjalanannya: Aku kemudian mengunjungi kota yang dimaksud syaikh-ku. Di sana aku menanyakan guru dari guruku itu. Seseorang kemudian menunjukkan rumahnya. Ternyata ia tinggal di rumah yang hanya pantas dihuni oleh para raja. Aku heran melihat rumahnya. Ketika kutanyakan apakah kakak temanku itu ada, mereka menjawab bahwa dia sedang berkunjung ke rumah Sultan. Aku bertambah heran.

Tak berapa lama, ia datang dengan pakaian dan kendaraan yang sangat megah, tak ubahnya seorang raja dengan iring-iringan kebesarannya. Aku semakin heran. Rasanya aku ingin pulang dan tidak menemuinya. Namun, aku tidak mungkin melanggar perintah sang Syaikh. Aku lalu meminta izin untuk menemuinya.

Ketika masuk ke rumahnya, aku melihat banyak sekali pembantu dan budak, taman yang indah dan berbagai hal yang membuatku takjub. Setelah bertemu dengannya, aku berkata, "Muridmu yang bernama fulan mengucapkan salam kepadamu."

"Kau bertemu dengannya?" "Ya," kataku.

"Jika kau bertemu lagi, katakan kepadany, sampai kapan ia akan menyibukkan diri dengan dunia, kapan ia akan berhenti menginginkan dunia?"

Tambah heranlah aku. Dalam hatiku berkata, "Demi Allah, ucapannya ini lebih mengherankan lagi. Dia yang bergelimang harta eh dia pula yang memesan muridnya agar jangan cinta dunia!"

Setelah pulang dan bertemu dengan Syaikh, ia bertanya kepadaku,

"Apakah kau bertemu dangan guruku?" "Ya," Kataku.

"Apa pesannya untukku?" "Tidak ada!" jawabku ketus.

"Kau harus menyampaikan pesannya!"

Aku lalu menyampaikan pesan gurunya. Sang Syaikh kemudian menangis cukup lama. Setelah itu, ia berkata, "Sungguh benar ucapan kakakku. Allah telah membersihkan hatinya dari dunia. Allah meletakkan dunia di tangan dan lahirnya saja. Lain halnya dengan aku, Allah telah mengambil dunia dari tanganku, tapi dalam hatiku masih tersimpan keinginan untuk memperolehnya. Setiap kali aku sedekahkan daging ikan, dalam hatiku suka terbayang-bayang betapa lezatnya daging itu."


Bagikan :

Baca juga yang lainnya...



1 komentar:

Post a Comment

Silahkan komentar dengan bernilai dan berbobot.
Mohon maaf jika komentar Anda yang berbau SARA maupun SPAM akan terhapus. Untuk itu berkomentarlah sesuai dengan postingan karena Komentar Anda sangat dihargai di laman blog www.artiirhamna.com

KOMENTAR ANDA AKAN DI MODERASI TERLEBIH DAHULU

Terima Kasih.

Arti Irhamna | Disclaimer | Sitemap
Copyright © 2013. Arti Irhamna - All Rights Reserved

Template Edited by Arti Irhamna
Proudly powered by Blogger
Back to TOP